Beranda | Artikel
Untaian Nasihat Ulama (5)
Kamis, 14 Januari 2016

Bagian 5.
Sabar, Syukur, dan Istighfar

Musibah dan Kenikmatan

Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah berkata, “Seorang mukmin ketika tertimpa musibah bersabar. Ketika mendapat nikmat dia menjadi orang yang bersyukur. Pada saat tertimpa musibah-musibah dia berhasil meraih pahala orang-orang yang sabar, dan pada saat mendapat kenikmatan dia menuai pahala orang-orang yang bersyukur. Oleh sebab itu dia beruntung dalam kedua keadaan ini.” (lihat Syarh Qawa’id Arba’ Syaikh Abdurrazzaq al-Badr, hal. 12)

Sabar dan Syukur

Yazid bin Maisarah rahimahullah berkata, “Tidaklah berbahaya suatu nikmat jika dibarengi dengan syukur. Tidaklah berbahaya musibah jika dibarengi dengan sabar. Sungguh, musibah yang menimpa pada saat melakukan ketaatan kepada Allah jauh lebih baik daripada nikmat yang dirasakan ketika bermaksiat kepada Allah.” (lihat at-Tahdzib al-Maudhu’i li Hilyah al-Auliya’, hal. 164)

Semua Orang Mendapatkan Cobaan

Bisyr bin al-Harits rahimahullah berkata, “Tidaklah aku mengetahui seorang pun kecuali dia pasti tertimpa cobaan. Seorang yang Allah berikan kelapangan pada rizkinya; maka Allah ingin melihat bagaimana dia menunaikan syukur atas hal itu. Dan seorang yang Allah ‘azza wa jalla cabut sebagian dari rizkinya; ketika itu Allah ingin melihat bagaimanakah dia bisa bersabar.” (lihat at-Tahdzib al-Maudhu’i li Hilyah al-Auliya’, hal. 172)

Macam-Macam Sabar

Syaikh Shalih as-Suhaimi hafizhahullah berkata, “Disebabkan besarnya urgensi kesabaran maka sesungguhnya kedudukan sabar itu -dalam iman- seperti kedudukan kepala bagi tubuh. Oleh sebab itulah Allah menyebutkan perkara sabar ini di dalam Al-Qur’an pada lebih dari sembilan puluh ayat. Karena itu haruslah bersabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah, demikian juga diwajibkan untuk sabar dalam menjauhi maksiat kepada Allah, dan harus bersabar pula dalam menghadapi takdir-takdir Allah…” (lihat Syarh Qawa’id Arba’ Syaikh as-Suhaimi, hal. 3)

Sebab Masuk Surga

Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata, “Tidaklah hamba mendapatkan karunia yang lebih utama daripada kesabaran. Karena dengan sebab kesabaran itulah mereka masuk ke dalam surga.” (lihat at-Tahdzib al-Maudhu’i li Hilyat al-Auliyaa’, hal. 459)

Hamba Yang Paling Dicintai Allah

Mutharrif bin Abdullah rahimahullah berkata, “Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah maka hamba yang paling dicintai adalah orang yang sabar dan pandai bersyukur. Yaitu orang yang apabila diberikan ujian maka dia bersabar, dan apabila diberi karunia maka dia pun bersyukur.” (lihat at-Tahdzib al-Maudhu’i li Hilyat al-Auliyaa’, hal. 462)

Hakikat Syukur

Abu Abdillah ar-Razi rahimahullah berkata: Sufyan bin ‘Uyainah berkata kepadaku, “Wahai Abu Abdillah, sesungguhnya diantara bentuk syukur atas nikmat-nikmat Allah adalah dengan engkau memuji-Nya atas hal itu dan engkau gunakan nikmat-nikmat itu di atas ketaatan kepada-Nya. Oleh sebab itu bukanlah orang yang bersyukur kepada Allah orang yang menggunakan nikmat-nikmat dari-Nya justru untuk melakukan maksiat/kedurhakaan kepada-Nya.” (lihat at-Tahdzib al-Maudhu’i li Hilyah al-Auliya’, hal. 441)

Faidah Syukur

Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Sesungguhnya kebanyakan orang apabila diberi nikmat maka mereka justru kufur dan mengingkarinya, bahkan mereka menggunakannya bukan dalam ketaatan kepada Allah ‘azza wa jalla, sehingga hal itu menjadi sebab kebinasaan diri mereka. Adapun orang yang bersyukur maka Allah akan menambahkan nikmat kepadanya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan ingatlah ketika Rabb kalian telah mengumumkan jika kalian bersyukur pasti Aku akan tambahkan nikmat kepada kalian.” (Ibrahim : 7).” (lihat Syarh Qawa’id Arba’ Syaikh al-Fauzan, hal. 8)

Nikmat atau Bencana

Abu Hazim Salamah bin Dinar rahimahullah berkata, “Setiap kenikmatan yang tidak semakin menambah kedekatan kepada Allah ‘azza wa jalla maka pada hakikatnya hal itu adalah bencana.” (lihat at-Tahdzib al-Maudhu’i li Hilyah al-Auliya’, hal. 888)

Nikmat Terbesar Yang Wajib Disyukuri

Syaikh Shalih as-Suhaimi hafizhahullah berkata, “Apabila Allah tabaraka wa ta’ala memberikan rizki kepada seorang hamba berupa kenikmatan maka dia pun bersyukur kepada Allah dengan istiqomah dalam ketaatan kepada-Nya dan melakukan amal-amal yang diridhai-Nya. Dan kenikmatan terbesar yang wajib untuk kita syukuri adalah ketika Allah berikan hidayah kepada kita untuk memeluk Islam. Maka segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan agama ini kepada kita. Dan kita tidak akan bisa mengikuti petunjuk itu apabila Allah tidak memberikan hidayah kepada kita.” (lihat Syarh Qawa’id Arba’ Syaikh Shalih as-Suhaimi, hal. 3)

Memperbanyak Istighfar

Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah berkata, “Dosa adalah suatu hal yang pasti terjadi. Dosa pada anak Adam adalah perkara yang pasti ada. Dia pasti pernah terjerumus dalam doa. Dosa-dosa manusia itu sangatlah banyak. Akan tetapi hendaklah hamba itu senantiasa memperbanyak istighfar. Pemimpin anak keturunan Adam -yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam– adalah orang yang paling banyak beristighfar. Tidak ada diantara hamba-hamba Allah yang lebih banyak beristighfar daripada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Padahal dosa-dosanya yang telah lalu dan akan datang sudah diampuni Allah. Meskipun demikian beliau adalah orang yang paling sering beristighfar.” (lihat Syarh Qawa’id Arba’ Syaikh Abdurrazzaq al-Badr, hal. 13-14)

Motivasi Untuk Bertaubat

Syaikh Shalih as-Suhaimi hafizhahullah berkata, “Apabila engkau berbuat dosa -wahai saudaraku hamba Allah- maka kembalilah kepada Rabbmu. Ingatlah bahwasanya engkau memiliki Rabb yang mengetahui pandangan mata yang khianat dan mengetahui apa-apa yang tersembunyi di dalam dada. Dan bahwasanya Dia maha mengampuni dosa dan akan menerima taubat bagi orang-orang yang mau tulus bertaubat.” (lihat Syarh Qawa’id Arba’ Syaikh as-Suhaimi, hal. 4)

Penyakit dan Obatnya

Rabi’ bin Khutsaim rahimahullah berkata kepada para sahabatnya, “Apakah kalian mengetahui apakah itu penyakit, obat, dan penyembuhnya?” mereka menjawab, “Tidak.” Beliau pun berkata, “Penyakit itu adalah dosa-dosa. Obatnya adalah istighfar. Dan penyembuhnya adalah kamu bertaubat dan tidak mengulanginya.” (lihat Aina Nahnu min Ha’ula’i, 2/264)

Tanda-Tanda Kebahagiaan

Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi hafizhahullah mengatakan, “Maka seorang insan selalu berada diantara nikmat yang kemudian dia bersyukur atasnya, atau terkena musibah sehingga dia pun bersabar, atau perbuatan dosa yang membuatnya lantas beristighfar. Apabila seorang insan selalu bersyukur kepada Allah atas nikmat dari-Nya, bersabar apabila tertimpa musibah, dan bertaubat serta beristighfar apabila melakukan dosa; maka ketiga hal ini adalah tanda kebahagiaan.” (lihat Syarh Qawa’id Arba’ Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi, hal. 6)

Syukur dan Taubat


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/untaian-nasihat-ulama-5/